Oleh:
Asep Saprudin, Nuriman, dan Mutiara Tirta
(Mahasiswa STAI Nida El Adabi, Bogor)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia
sebagai mahluk yang berpikir dibekali rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu inilah
yang mendorong untuk mengenal, memahami dan menjelaskan gejala-gejala alam,
serta berusaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dari dorongan rasa ingin
tahu dan usaha untuk memahami dan memecahkan masalah menyebabkan manusia dapat
mengumpulkan pengetahuan.
Pengetahuan
yang diperoleh mula-mula terbatas pada hasil pengamatan terhadap gejala alam
yang ada, kemudian semakin bertambah dengan pengetahuan yang diperoleh dari
hasil pemikirannya. Kemudian pengetahuan yang didapatnya, terus dikembangkan
sehingga manusia sampai saat ini terus berkembang dan akhirnya manusia dapat
menciptakan beberapa benda untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Maka
dari itu di sini kami akan menjelaskan proses berkembangnya pola pikir manusia
yang terus berkembang dari zaman ke zaman, dari dahulu sampai sekarang.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PROSES PERKEMBANGAN POLA PIKIR
Sejak
lahirnya di muka bumi ini, manusia bersentuhan dengan alam. Persentuhan dengan
alam menimbulkan pengalaman. Alam memberikan rangsangan kepada manusia melalui
pancaindera. Jadi, pancaindera merupakan alat komunikasi antara alam dengan
manusia yang membuahkan pengalaman.
Pengalaman
itu saat demi saat bertambah, karena manusia ingin mendapatkan jawaban atas
pertanyaan yang hakiki; apa, bagaimana, dan mengapa, baik atas
kehadirannya di dunia ini, maupun atas segala benda yang telah mengadakan
kontak dengan dirinya.
Perkembangan
pola pikir manusia ini dari zaman ke zaman terus berubah bahkan bertambah,
karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya :
1. Rasa Ingin
Tahu
Ilmu
pengetahuan alam bermula dari rasa ingin tahu, yang merupakan suatu ciri khas
manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang benda-benda di alam
sekitarnya, bulan, bintang, dan matahari, bahkan ingin tahu tentang dirinya sendiri
(antroposentris).[1]
Manusia sebagai mahluk, mempunyai ciri-ciri :
·
Memiliki
organ tubuh yang kompleks dan sangat khusus terutama otaknya.
·
Mengadakan
pertukaran zat, yakni adanya zat yang masuk dan keluar.
·
Memberikan
tanggapan terhadap rangsangan dari dalam
dan dari luar.
·
Memiliki
potensi berkembang biak.
·
Tumbuh
dan bergerak.
·
Berinteraksi
dengan lingkungannya
·
Mati.[2]
Sesuai
dengan ciri manusia pada poin (1), yakni manusia mempunyai otak, maka manusia
mulai tumbuh rasa ingin tahunya, rasa
ingin tahu ini tidak dimiliki oleh mahluk lain, seperti batu, tanah, sungai dan
angin. Sedangkan air dan udara bergerak dari satu tempat ke tempat lain, namun
gerakannya itu bukanlah atas kehendaknya sendiri, tetapi akibat dari pengaruh
ilmiah yang bersifat kekal.
Bagaimana
halnya dengan mahluk-mahluk seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang? Misalnya
daun-daun cenderung mencari sinar matahari atau akar yang cenderung mencari air
yang kaya mineral untuk pertumbuhan hidupnya. Kecenderungan semacam ini terus
berlangsung sepanjang zaman.
Bagaimana
halnya dengan binatang yang menunjukkan adanya kehendak untuk berpindah dari
satu tempat ke tempat lain? Misalnya burung. Burung bergerak dari satu tempat
ke tempat lain didorong oleh suatu keinginan, rasa ingin tahu. Ingin tahu
apakah sutau tempat cukup aman untuk membuat sarang?. Setelah mengadakan
eksplorasi,[3]
tentu mereka jadi tahu. Itulah pengetahuan dari burung tadi. Burung juga
memiliki pengetahuan untuk membuat sarang di atas pohon.
Bagaimana
halnya dengan manusia?. Manusia juga memiliki insting seperti yang dimiliki
oleh hewan dan tumbuh-tumbuhan. Namun manusia memiliki kelebihan yaitu adanya
kemampuan berfikir. Dengan kata lain, curiosity-nya tidak idle.[4] Tidak tetap sepanjang zaman. Manusia memiliki
rasa ingin tahu yang berkembang, atau kemampuan berfikir. Setelah tahu tentang
apanya, mereka ingin tahu bagaiman dan mengapa begitu.
Manusia
mampu menggunakan pengetahuannya yang terdahulu untuk dikombinasikan dengan
pengetahuannya yang baru, sehingga menjadi suatu akumulasi pengetahuan. Rasa
ingin tahu manusia ini menyebabkan pengetahuan mereka menjadi berkembang. Hal
ini tidak saja meliputi kebutuhan-kebutuhan praktis untuk hidupnya sehari-hari,
seperti bercocok tanam atau membuat panah atau lembing untuk berburu, tetapi
juga berkembang sampai pada hal-hal yang menyangkut keindahan.
Rasa
ingin tahu semacam ini tidak dimiliki oleh hewan. Rasa ingin tahu pada hewan
hanya terbatas pada rasa ingin tahu yang tetap. Yang tidak berubah dari zaman
ke zaman. Hewan bergerak dari satu tempat ke tempat lain hanya didorong oleh
rasa ingin tahunya yang bersangkutan erat dengan nalurinya saja.
Dengan
selalu berlangsungnya perkembangan pengetahuan itu tampak lebih nyata bahwa
manusia berbeda dengan hewan. Manusia merupakan mahluk hidup yang berakal serta
mempunyai derajat yang tertinggi bila dibandingkan dengan hewan atau mahluk
lainnya.
2. Mitos
Perkembangan selanjutnya adalah manusia berusaha
memenuhi kebeutuhan non fisik atau kebutuhan alam pikirannya. Rasa ingin tahu
manusia ternyata tidak dapat terpuaskan hanya atas dasar pengamatan maupun
pengalamannya. Untuk itulah, manusia mereka-reka sendiri jawaban atas
keingintahuannya itu. Sebagai contoh, “mengapa gunung meletus?”, karena tak
tahu jawabannya, manusia mereka-reka sendiri dengan jawaban “si penunggu gunung
itu sedang marah”. Di sinilah muncul pengetahuan baru yang disebut “si
penunggu”. Dengan menggunakan jalan pikiran yang sama, muncullah anggapan
adanya “si penunggu”. Pengetahuan baru yang bermunculan dan kepercayaan itulah
yang kita sebut mitos. Cerita yang berdasarkan atas mitos disebut legenda.
Mitos timbul disebabkan antara lain oleh keterbatasan alat indera manusia.
a.
Alat
penglihatan.
Banyak benda yang bergerak begitu cepat sehingga
tak tampak jelas oleh mata. Mata tak dapat membedakan benda-benda. Demikian
juga jika benda yang dilihat terlalu jauh, maka mata tak mampu melihatnya.
b.
Alat
Pendengaran
Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang
mempunyai frekuensi dari 30 sampai 30.000 per detik. Getaran di bawah tiga
puluh atau di atas tiga puluh puluh ribu per detik tak terdengar.
c.
Alat
pencium dan Pengecap
Bau dan rasa tidak dapat memastikan benda yang
dikecap maupun diciumnya. Manusia hanya dapat membedakan 4 jenis rasa, yaitu
rasa manis, asam, asin dan pahit. Sedangkan untuk bau sendiri juga manusia
tidak dapat menciumnya dengan seluruhnya. Seperti bau parfum dan lainnya dapat
tercium oleh hidung kita bila konsentrasinya di udara lebih dari sepersepuluh
juta bagian. Melalui bau, manusia dapat membedakan satu benda dengan benda yang
lain.
d.
Alat
Perasa[5]
Alat perasa pada kulit manusia dapat membedakan
panas atau dingin. Namun, ini sangat relatif sehingga tidak dapat dipakai
sebagai alat observasi yang tepat.
Alat-alat
indera tersebut berbeda-beda di antara manusia yang satu dengan yang lainnya.
Ada yang sangat tajam dan adapula yang tidak. Akibat keterbatasan alat indera
tersebut, maka besar kemungkinan timbul salah inform,asi, salah tafsir atau
salah pemikiran. Untuk meningkatkan alat indera tersebut perlu diperlukan
beberapa usaha. Di antaranya penciptaan alat bantu pancaindera, meskipun alat
yang diciptakan tersebut masih mengalami kesalahan.
Jadi,
mitos itu dapat diterima oleh masyarakat pada masa itu karena:
1.
Keterbatasan
pengetahuan yang disebabkan keterbatasan pengindraan baik langsung maupun
dengan alat.
2.
Keterbatasan
penalaran manusia pada masa itu.
3.
Hasrat
ingin tahunya terpenuhi.
Menurut
Auguste Comte (1798-1857 M), dalam sejarah perkembangan jiwa manusia, baik
sebagai individu maupun sebagai keseluruhan, berlangsung dalam tiga tahap:
- Tahap teologi atau fiktif
- Tahap filsafat atau metafisik atau abstrak
- Tahap positif atau ilmiah riil.
Pada
tahap teologi atau fiktif, manusia berusaha untuk mencari dan menemukan sebab
yang pertama dan tujuan yang terakhir dari segala sesuatu, dan selalu
dihubungkan dengan kekuaatan gaib. Gejala alam yang menarik perhatiannya selalu
diletakkan dalam kaitannya dengan sumber yang mutlak. Mempunyai anggapan bahwa
setiap gejala dan peristiwa dikuasai dan diatur oleh para dewa atau kekuatan
gaib lainnya.
Tahap
metafisika atau abstrak merupakan tahap di mana manusia masih tetap mencari
sebab utama dan tujuan akhir, tetapi manusia tidak lagi menyandarkan diri
kepada kepercayaan akan adanya kekuatan gaib, melainkan pada akalnya sendiri,
akal yang telah mampu melakukan abstraksi guna menemukan hakikat segala
sesuatu.
Tahap
positif atau riil merupakan tahap di mana manusia telah mampu berfikir secara
positif atau riil, atas dasar pengetahuan yang telah dicapainya yang
dikembangkan secara positif melalui pengamatan, percobaan dan perbandingan.
Selanjutnya berdasarkan
kemampuan berfikir manusia yang semakin maju dan perlengkapan pengamatan yang
semakin sempurna, maka mitos dengan berbagai legenda semakin ditinggalkan
orang, dan cenderung menggunakan akal sehat atau rasio.
B. TAHAPAN
PEMIKIRAN MANUSIA.
Bagaimana sesungguhnya
proses berfikir pada manusia? Jika kita telah lebih lanjut akan kita dapati bahwa
untuk dapat berfikir membutuhkan beberapa komponen, diantaranya :
1) Fakta, manusia membutuhkan
fakta yang akan dijadikan objek berfikirnya.
2) Indera, untuk dapat
menyerap fakta-fakta yang akan dipikirkan. Seperti mata untuk dapat melihat, meraba,
pendengaran, dan indera yang lainnya.
3) Otak, merupakan organ
yang berfungsi untuk menterjemahkan setiap fakta yang diserap.
4) Informasi. Sebelumnya,
tanpa informasi manusia tidak dapat untuk memahami fakta yang sedang dihadapinya.
Adapun perkembangan alam
pikiran manusia sampai dengan kelahiran Ilmu Pengetahuan Alam sebagai ilmu yang
mantap melalui 4 tahap, yaitu :
a.
Tahapmitos.
b.
Tahappenalaran.
c.
Tahap pengalaman dari percobaan.
d.
Tahap metode keilmuan.
BAB III
KESIMPULAN
Adapun faktor yang
mempengaruhi perkembangan pola piker manusia diantaranya karena rasa ingin tahu
dan juga adanya mitos
- Yang membedakan antara manusia dengan hewan yakni pola berpikirnya. Setelah manusia tahu apa, maka manusia akan mencari tahu tentang mengapa, bagaimana dan seterusnya hingga mereka merasa puas. Tetapi untuk hewan tidak punya pola pikir yang seperti itu.
- Mitos timbul disebabkan karena keterbatasan alat indera, diantaranya :
§ Indera penglihatan
§ Indera pendengaran
§ Indera pencium dan pengecap
§ Indera perasa
- Mitos itu dapat diterima oleh masyarakat pada masa itu karrena:
a. Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan keterbatasan pengindraan baik langsung maupun dengan alat.
b. Keterbatasan penalaran manusia pada masa itu.
c. Hasrat ingin tahunya terpenuhi.
- Beberapa komponen yang diperlukan untuk mengembangkan pola pikir manusia, yakni :
§ Fakta.
§ Indera
§ Otak
§ Informasisebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Paryono, Joko, Drs. dkk., IlmuAlamiahDasar, Bandung, PustakaSetia,
1998.
Tasmuji, Drs. dkk., IAD,ISD,IBD, Surabaya, IAIN SunanAmpel Press,
2011.
Jasin, Maskorie, Drs., IlmuAlamiahDasar, Jakarta, Raja
GrafindoPersada, 1995.
Mawardi, Drs. dkk., IAD,ISD,IBD,
Bandung, PustakaSetia, 2007.
Ahmadi, Drs. H.A, Supatmo, Ir. A,
IlmuAlamiahDasar, Jakarta, PT RinekaCipta, 1997.
Partarto,
Pius A. dan Al Barry, M. Dahlan.Kamus Ilmiyah Populer. Surabaya, Arkola,
1994
[1]Drs.
Mawardidan Ir. NurHidayati, IAD (Bandung Setia, 2007) Hlm. 11
[2]Drs. H.
Ibnu Mas’ud dan Drs. JokoParyono, IAD, (Bandung: Pustaka Setia,1998)
hlm.10
[3] Eksplorasi : Penjajahanpenyelidikan atas daerah belahan bumi yang belum dikenal.Kamus
IlmiyahPouler.Arkola 1994
[4] Curisity
: Keingin tahuan akan sesuatu
Idle: Bermalas-malasan. An English-Indonesian Dictionary. Gramedia
Jakarta 1975
[5] Drs.
Mawardidan Ir. NurHidayati, IAD, ISD, IBD.(Bandung : PustakaSetia. 2007)
hlm. 14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar